Positif Justru Tidak Sehat

Positif Justru Tidak Sehat

Toxic Positivity: Ketika Terlalu Positif Justru Tidak Sehat

Kita sering mendengar kalimat seperti “Ayo, tetap positif!” atau “Semua akan baik-baik saja!” saat sedang menghadapi masalah. Niatnya baik, tapi tahukah kamu bahwa terlalu sering memaksakan diri (atau orang lain) untuk selalu berpikir positif justru bisa berdampak negatif? Fenomena ini dikenal sebagai toxic positivity.rusiaslot88 login

Toxic positivity adalah kondisi ketika seseorang memaksakan sikap positif dan menolak emosi negatif, seolah-olah perasaan sedih, marah, atau kecewa adalah hal yang harus dihindari atau disembunyikan. Padahal, emosi negatif adalah bagian alami dari pengalaman manusia.


Contoh Sikap Toxic Positivity

  • “Jangan sedih, masih banyak yang lebih susah dari kamu.”

  • “Pikirin yang happy aja, jangan terlalu drama.”

  • “Ambil sisi positifnya aja, jangan terlalu baper.”

Kalimat-kalimat seperti ini terdengar menyemangati, tapi bisa membuat seseorang merasa tidak valid atau bahkan bersalah karena merasakan emosi yang wajar.


Mengapa Toxic Positivity Bisa Berbahaya?

  1. Menekan Emosi Sejati
    Terus-menerus memendam perasaan negatif bisa menyebabkan stres berkepanjangan, gangguan kecemasan, bahkan burnout. Tubuh dan pikiran butuh ruang untuk mengekspresikan emosi.

  2. Menghambat Proses Penyembuhan Emosional
    Ketika kita tidak membiarkan diri merasakan sedih, kecewa, atau marah, kita juga menunda proses penyembuhan dan refleksi diri.

  3. Mengganggu Hubungan Sosial
    Saat kita memberi respon “positif beracun” ke orang lain, mereka mungkin merasa tidak didengar atau dianggap remeh. Hal ini bisa membuat hubungan menjadi renggang.


Alternatif yang Lebih Sehat

  • Alih-alih berkata “Jangan sedih”, coba katakan:
    “Aku ngerti ini pasti berat buat kamu. Kamu nggak sendirian.”

  • Biarkan emosi hadir tanpa dihakimi.
    Tangis, kecewa, lelah—semuanya valid.

  • Tanyakan pada diri sendiri:
    “Apa yang aku rasakan saat ini?” dan “Apa yang aku butuhkan?”


Kesimpulan

Berpikir positif itu penting, tapi bukan berarti harus menolak semua emosi negatif. Emosi negatif bukan musuh, melainkan sinyal dari tubuh dan hati bahwa ada yang perlu disadari atau diproses. Belajar merangkul semua emosi—baik maupun buruk—adalah bentuk kedewasaan emosional yang sesungguhnya.